Menjelang Akhir Pekan dengan Akhir Pekan

Rekan pembaca, sudah memiliki rencana di akhir pekan? Jika belum, yuk kita menikmati puisi yang satu ini yang berjudul Akhir Pekan. Barangkali setelah membacanya, ada inspirasi yang muncul di benak untuk menikmati akhir pekan yang lebih seru.

Puisi ini adalah hasil karya Arco Transcept selengkapnya seperti berikut,

screenshot_2019-02-01-16-41-07-1
https://kualasajak.wordpress.com/2018/10/17/akhir-pekan/

Kira-kira, apakah makna puisi tersebut? Sesungguhnya yang lebih paham isi dari puisi tersebut adalah sang penulis. Tetapi tidak salah juga kalau kita menafsirkan puisi tersebut, agar dapat menikmatinya dan bermanfaat bagi kita.

Sepertinya, puisi ini sedang menggambarkan seorang pria yang sedang jatuh hati dengan seorang gadis. Tetapi, si gadis telah memiliki begitu banyak pengalaman dan petualangan. Sehingga penulis menggambarkan bahwa pria tersebut harus berusaha dan berjuang mengarunginya (aku ingin melaut di matamu yang samudera).

Bahkan si pria rela untuk menyusuri setiap pengalaman si gadis termasuk pengalaman yang pahit untuk mengajaknya berdamai dengan masa lalunya (menjelma perahu kecil dan menyusuri pantai-pantai tempat engkau pernah kesepian, pernah kehilangan) tentu dengan menawarkan sebuah harapan (aku akan membawa bekal roti biar tak lapar dan sebotol aqua biar tak tersedak ketika ombak tiba-tiba menerjang tubuh kita).

Lalu, si pria pun terus berusaha merayunya dengan menyampaikan kekaguman dengan si gadis serta bermaksud memilikinya (aku ingin mendaki tubuhmu yang mahameru). Bahkan si pria tersebut tidak peduli dengan masa lalu si gadis tersebut yang pernah menjadi milik orang lain (walaupun selalu ada aroma mantan kekasihmu di puncak itu).

Tetapi tetap berusaha meyakinkan bahwa pengalaman bersamanya, akan jauh lebih indah (di sana aku akan swafoto dengan tongsis agar kita eksis, menjadi petualang untuk konten instagram kekinian).

Satu hal yang menjadi harapan si pria, bahwa diberikan kesempatan tanpa ada yang dapat menghalangi (aku ingin tidur di bibirmu yang bintang lima tanpa resepsionis berwajah manis). Sementara, si pria memberikan sebuah komitmen, bahwa bagaimanapun keadaanmu, aku tetap akan bersamamu (tanpa bantal guling, aku akan nyenyak walau kadang keletihanmu menciptakan deru mesin pabrik yang tak berhenti membuat pekerjanya menggerutu, karena sakit telinganya tak pernah sebanding dengan tunjangan masa depan mereka).

Pada bait-bait terakhir puisi tersebut, si pria menegaskan kembali bahwa dirinya ingin merasakan dan mendapatkan kesempatan hadir pada angan si gadis tersebut (aku ingin tamasya di dalam kepalamu yang ramah seperti Yogyakarta dan menantang seperti di Dufan). Walaupun pada akhirnya si pria juga mengalami pengalaman yang sama dengan pria-pria terdahulu dala hidupnya (di depan pintu loket wahana halilintar, aku membayangkan yang berputar-putar itu adalah kenanganmu, sewaktu-waktu bisa melemparkan tubuhku keluar dari kursi wahana hingga ke kilometer nol yang menjadikan diriku bukan siapa-siapa).

Bagaimana, ada inspirasi bagi pembaca? Kalau belum, mari baca lagi ya! Semoga segera mendapatkan inspirasimu untuk menyiapkan akhir pekan. Salam.

3 comments

  1. Aku merasa si tokoh ‘aku’ ini menyadari bahwa seseorang yang diandaikannya adalah seseorang yang sulit untuk ia gapai (tergambar dari simbol-simbol mewah yang digunakan: samudra, Mahameru, hotel bintang lima, Dufan). Kesadaran tersebut juga didukung dengan pernyataan di kalimat-kalimat terakhir setiap bait bahwa ia paham betul segala konsekuensinya.

    Like

Leave a comment